AllFreePapers.com - All Free Papers and Essays for All Students
Search

Breaking the Instant Noodle Market Domination: Mie Sedaap (wings Food) Versus Indomie (indofood)

Autor:   •  September 12, 2016  •  Term Paper  •  2,965 Words (12 Pages)  •  1,999 Views

Page 1 of 12

Breaking the Instant Noodle Market Domination:

Mie Sedaap (Wings Food) versus Indomie (Indofood)

Latar Belakang

Sebelum tahun 2003, dominasi Indomie pada pasar mie instant tidak terkalahkan. Beberapa upaya untuk merebut pangsa pasar mie instan dilakukan oleh pesaing namun gagal. Merek Mie&Mie (Unilever) dipaksa keluar dari pasar oleh Indofood. Hal ini juga termasuk kegagalan dari Tara Nasiku, brand nasi instan yang diluncurkan oleh Unilever pada tahun 1999, dengan maksud mengubah perilaku konsumen untuk beralih dari mie instan ke nasi instan. Pada awalnya, Indofood tidak menduga bahwa Mie Sedaap dari Wingsfood akan berhasil mengambil alih pangsa pasar yang ada. Indofood tidak serius dalam melakukan pemasaran yang agresif seperti yang dilakukan oleh Mie Sedaap. Bisa dikatakan Mie Sedaap meluncur ke pasaran tanpa adanya hambatan. Pelan-pelan dominasi Indomie Indofood mulai jatuh. Pangsa pasar mereka jatuh. 90% pangsa pasar mereka pada tahun 1999 turun menjadi hanya 70% pada tahun 2003. Pasar mie instan nasional sendiri sebesar 8 trilyun rupiah, dengan demikian penjualan Indofood menurun dan mengganggu rencana untuk meningkatkan penjualan mereka dalam negara.

        Apa strategi super dari Wingsfood menggunakan Mie Sedaap untuk mengalahkan dominasi Indomie di pasar mie instan? Apa upaya dan usaha yang dilakukan Indofood untuk mengambil kembali pasar mereka yang telah hilang? Bagaimana persepsi konsumen setelah perang mie ini?

Pasar Mie Instant di Indonesia

Mie instan adalah salah satu industri makanan dengan pertumbuhan tercepat di dunia, terutama di negara-negara Asia. Diperkirakan sekitar 50% dari pasar dunia senilai US 85 miliar dolar didominasi oleh China sedangkan Indonesia hanya berkontribusi sebesar 14%. Pertumbuhan pasar mie instan di Indonesia tercermin dari meningkatnya volume produksi dan konsumsi per kapita. Pada tahun 2004, produksinya adalah 975.000 ton meningkat sebanyak 30% menjadi 1.272.000 ton pada tahun 2005. Peningkatan produk ini disebabkan oleh peningkatan jumlah pemain. Terdapat 57 perusahaan pada tahun 2001 dan 84 pada tahun 2005. Dari sudut pandang konsumsi, pertumbuhan ini juga menunjukkan peningkatan yang siginifikan; pada tahun 2000, sebanyak 3,7 kg mie instan per kapita (setara dengan 53 paket) yang dikonsumsi. Jumlahnya bertambah 5 kg pada tahun 2005. Hal ini disebabkan oleh dua alasan; (1) penurunan daya beli dari konsumen kelompok menengah ke bawah yang mengganggap bahwa mie instan sebagai makanan alternatif (2) penetrasi dari masyarakat kelompok menengah ke atas yang memandang mie instan sebagai makanan yang disukai.

Mie instan menjadi makanan favorit masyarakat karena rasanya yang lezat, mudah disiapkan, harga terjangkau dan tersedia di hampir semua toko. Meskipun populer, mie instan dianggap sebagai makanan tidak bernutrisi dan tidak sehat. Hal ini terlihat dari tingginya karbohidrat dan MSG tetapi rendah serat maka dianjurkan untuk jarang mengkonsumsinya.

Dominasi dari Indofood Sukses Makmur

        Di Indonesia, mie instan pertama kali diluncurkan pada tahun 1969, dengan merek Supermie, pelopor produksinya adalah PT. Supermie Indonesia. Pada tahun 1979, tepung gandum dari divisi PT. Sarimi Asli Jaya dari Salim Group merilis Sarimie. Sejak saat itu, industri mie instan mulai berkembang.

...

Download as:   txt (20.4 Kb)   pdf (167.5 Kb)   docx (17.2 Kb)  
Continue for 11 more pages »